Udah pernah ke curug Cilember..? udah..? baguuss… saya belom soalnya..
Parah ya,, masak ke curug cilember aja belom pernah..
Tapi tenang aja, teman saya, mbak Ichaelmago, udah pernah kesana, and good for us, dia rela berbagi cerita perjalanannya buat kita.

So, baca – baca dulu yuk gan… Photobucket

Beberapa waktu yang lalu..saya dan beberapa teman saya memutuskan untuk berkemah di Curug Cilember. Kami kesana dengan menggunakan transportasi umum, yaitu bis dari Kampung Rambutan. Perjalanan kesana membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Sesampainya disana, kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Menurut info yang kami dapat, dari jalan raya sampai ke Curug Cilember adalah sekitar 3 km. Sebenarnya tersedia ojek, tapi kami memilih untuk berjalan kaki. Selain sehat, juga hemat uang Di tengah perjalanan kami berhenti sebentar untuk shalat. Setelah selesai, kebetulan sekali sebuah angkot lewat. Maka kami pun menyetop angkot tersebut. Tapi sayangnya angkot tersebut tidak kuat menanjak, maka lagi-lagi kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Sesampainya disana, kami ke loket dan melihat daftar harga. Untuk berkemah semalam hanya dikenakan tarif Rp. 12.500. Maka kami membayar, sebelumnya kami diperingatkan oleh penjaga loket agar mendirikan tenda yang terpisah antara wanita dan laki-laki, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Setelah itu, kami langsung mendirikan tenda. Ternyata, teman saya membawa tenda yang kecil! Padahal sebelumnya dia menjamin bahwa tenda yang ia bawa cukup untuk kami semua. Kami terdiri dari 3 laki-laki dan 4 perempuan. Dan nyatanya tenda yang ia bawa hanya cukup untuk 2 orang. Kami pun sepakat untuk menyewa tenda disana. Menyewa tenda yang cukup untuk 4 orang hanya dikenakan biaya sekitar Rp. 80.000. Sudah termasuk 4 sleeping bag dan 1 lampion. Sebenarnya hanya disediakan 2 sleeping bag, tapi karena penjaga-nya berbaik hati, maka kami diberikan 4.
Kami memilih lokasi tenda di dekat Curug 7. Sekedar informasi, disini terdapat 7 curug. Antara curug satu dan lainnya, ada yang berdekatan, ada pula yang harus menempuh berjam-jam perjalanan. Curug 1 sampai 3 adalah curug yang jarang dikunjungi, karena untuk menempuhnya agak sedikit sulit. Terutama bila tidak ada persiapan. Namun warga sekitar sering kesana untuk mengumpulkan kayu.
Alasan kami memilih lokasi di Curug 7 adalah karena dekat dengan mushalla, toilet, pintu masuk, warung warga, dan air terjun. Di mushalla, tersedia 2 buah mukena dan beberapa sajadah serta Al-Qur’an. Air untuk wudhu bukan dari keran, melainkan langsung terpancar dari dinding yang berupa batu-batuan. Di dekat mushalla, terdapat sekitar 7 toilet (saya agak lupa, antara 7 atau 6).
Setelah selesai mendirikan tenda, kami pun bermain ke Curug 7. Disana kami mendapati sekumpulan orang Arab yang sedang berfoto dan juga ada wanita yang berfoto untuk pre-wedding. Kami pun ikut foto-foto disana. Setelah puas berfoto, kami pulang sambil mengumpulkan kayu bakar untuk api unggun malam harinya.
Saat maghrib tiba, kami pun ke mushalla dan duduk-duduk disana sampai Isya tiba. Setelah itu kami makan-makan dan menghabiskan waktu untuk bermain UNO Langit malam itu sangat cerah sehingga kami bisa melihat bintang-bintang dengan jelas.
Tengah malam, saya terbangun sekitar jam 2 karena perut keroncongan. Ternyata ada teman saya yang terbangun juga. Jadilah kami keluar tenda dan memasak. Udara sangat dingin. Sampai-sampai saya membawa sleeping bag keluar tenda. Saya pun memasak mie rebus sambil menunggu fajar terbit. Kami merasakan sejuknya angin malam sambil sesekali diiringi suara jangkrik dan anjing.
Pagi harinya, setelah melaksanakan ibadah shalat, kami langsung berjalan-jalan sekitar tenda dan menuju ke warung terdekat untuk sekedar minum teh hangat. Kami juga sempat melihat taman kupu-kupu, dimana di dalamnya saya melihat beberapa kupu-kupu yang sedang hinggap di atapnya.
Setelah puas bermain di Curug 7, kami meneruskan perjalanan ke Curug diatasnya. Tidak lupa kami mengunci tenda, lalu membawa sarapan pagi kami. Ya, kami akan makan pagi di Curug. Setelah melalui jalan yang terjal dan licin, sampailah kami di Curug 4, yang tempatnya amat strategis untuk makan-makan. Kami pun menhabiskan sarapan pagi kami, yang walaupun hanya nasi dan secuil ayam, tapi terasa nikmat sekali.
Selesai makan, kami kembali ke tenda dengan menggunakan rute yang berbeda. Ternyata lebih enak rute yang kedua ini, karena sudah diberi batu-batuan sebagai tangga. Rute ini pula yang biasa dipakai warga setempat untuk mencari kayu sampai ke curug 3.
Kami kembali lagi ke curug 7, kali ini untuk mandi, alias basah-basahan. Kami melihat masih banyak orang Arab berseliweran. Mereka berkelompok-kelompok, sepertinya keluarga besar. Ini menunjukkan bahwa tempat wisata ini sudah terkenal dikalangan mereka. Mereka menikmati Curug 7 sambil sesekali berfoto dan bermain air.
Setelah puas bermain air, kami kembali ke tenda lalu mandi dan membereskan tenda. Kami selesai sekitar pukul 10 lalu pulang ke Jakarta. Rute pulang selalu lebih mudah dari rute berangkat. Sebelumnya kami bertanya rute terdekat menuju jalan raya, dan benar saja, rute itu memang agak lebih dekat disbanding rute yang kami ambil saat berangkat. Pemandangan di sepanjang jalannya pun tidak kalah indah. Maka sampailah kami di jalan raya, dan tidak lama kemudian bis menuju Jakarta datang. Kami naik ke dalam bus, lalu sampailah kami di Jakarta. Liburan yang menyenangkan!

Dan ini foto - fotonya

Spoiler:


Istirahat sejenak di perjalanan


Papan selamat datangnya



Mencari kayu untuk api unggun


Bebatuan disekitar curug 7


Wanita arab sedang berkumpul


Uno adalah permainan favorite kami


Curug


Ada kupu lho didalam


Iseng mengumpulkan biji - bijian


sarapan pagi di curug 4





Gimana,,, asik kan.?

Oh ya, kalo mau kenalan sama mbak yang punya catper, maen - maen aja ke blognya..
klik disini

2 comments

  1. infonya keren gan, salam kenal dari http://goo.gl/kxdtil

    Posted on 14 Mei 2014 pukul 10.18

     
  2. oiya gan tanya dong dr rambutan naik bus smpai ke sana ongkosny brp?

    Posted on 16 Oktober 2017 pukul 16.59

     

Posting Komentar